Ilustrasi.
Gairah sektor properti di daerah, khususnya Samarinda dan Balikpapan, tak bisa dipandang sebelah mata. Rumah-rumah dengan harga miliaran rupiah laku keras diborong pembeli lokal.
Fakta itu semakin mempertegas bahwa pasar properti dua kota di Kalimantan Timur tersebut sangat kuat. Bahkan, khusus di Samarinda, harga rumah tertinggi senilai Rp 8 miliar per unit, laris manis bak kacang goreng. Rumah semahal itu berada di klaster premium CitraLand City Samarinda yang dikembangkan Ciputra Group melalui PT Ciputra Graha Mitra hasil kolaborasi dengan PT Bangunpratama Kaltim Abadi.
Project Manager CitraLand City Samarinda, Limjan Tambunan, mengatakan pembeli rumah seharga Rp 8 miliar per unit itu adalah para pebisnis tambang batubara, pemilik toko onderdil kendaraan, pengusaha kelontong dan pengusaha komoditas hasil bumi lainnya.
"Mereka membeli tidak menggunakan fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR), melainkan tunai keras dan tunai bertahap. Mereka juga tidak terlalu kritis bertanya tentang ini-itu, karena sudah percaya dengan brand dan komitmen. Selain itu, view yang bisa diakses dari klaster ini istimewa, yakni skyline pusat kota Samarinda," urai Limjan kepada Kompas.com, Kamis (8/5/2014).
Tak mengherankan, CitraLand City Samarinda mampu memberikan kontribusi penjualan terhadap perseroan (Ciputra Group) senilai Rp 250 miliar pada 2013 lalu. Pasalnya, setiap peluncuran klaster baru, pasar Samarinda selalu menyambutnya dengan antusias.
Reputasi
Senior Associate Director and Head of Research and Advisory Cushman and Wakefield Indonesia, Arief N Rahardjo, mempertegas tingginya daya beli pasar Samarinda. Menurutnya sudah sejak dahulu pasar kita ini gandrung dengan produk properti seharga miliaran rupiah.
"Harga rumahnya sudah setinggi harga rumah di kawasan Jadebotabek. Asal reputasi pengembang, referensi, dan komitmen di lapangan bagus, rumah-rumah mewah pasti laku. Menjual rumah seharga miliaran rupiah menjadi mudah, asalkan ketiga faktor tadi terpenuhi. Sebaliknya, jika tidak, jangan harap proyek kedua, ketiga, atau berikutnya akan sukses," tandas Arief.
Limjan sepakat dengan hal tersebut. Tak hanya CitraLand City Samarinda, performa klaster premium bertajuk The Peak 8 juga sangat menggembirakan. Jumlah rumah yang ditawarkan di klaster ini memang terbatas hanya 21 unit, harganya pun selangit termurah Rp 5 miliar dan termahal Rp 8 miliar. Namun, hingga berita ini diturunkan, seluruh unitnya terjual habis.
"Perkembangan di lapangan saat ini, delapan unit sedang dalam konstruksi, sisanya menyusul. Serah terima kunci bertahap mulai akhir tahun 2014," kata Limjan.
Tak hanya produk premium keluaran CitraLand City Samarinda yang diserap pasar Samarinda, Alaya Residence pun mengalami catatan penjualan mencengangkan. Perumahan eksklusif yang digarap PT Timur Adya Citra ini juga menjadi incaran konsumen.
Menurut Marketing Executive PT Timur Adya Citra, Benny Hidayat, klaster terbaru Damar dengan harga terendah Rp 1,1 miliar dan tertinggi Rp 2,1 miliar sudah berpindah kepemilikan ke tangan konsumen sebanyak 24 unit dri total penawaran 180 unit. Padahal baru dipasarkan bulan lalu.
"Pembelinya warga lokal. Mereka tertarik membeli tidak terpengaruh oleh iklan atau advertensi massif. Mereka justru membeli karena berdasarkan referensi atau rekomendasi rekan, kolega maupun keluarga. Inilah ciri khas pembeli asal Samarinda. Referensi dan rekomendasi lebih kuat pengaruhnya ketimbang iming-iming atau gimmick iklan. Setinggi apa pun harga rumah jika ada referensi, pasti mereka beli," ujar Benny.
Fakta itu semakin mempertegas bahwa pasar properti dua kota di Kalimantan Timur tersebut sangat kuat. Bahkan, khusus di Samarinda, harga rumah tertinggi senilai Rp 8 miliar per unit, laris manis bak kacang goreng. Rumah semahal itu berada di klaster premium CitraLand City Samarinda yang dikembangkan Ciputra Group melalui PT Ciputra Graha Mitra hasil kolaborasi dengan PT Bangunpratama Kaltim Abadi.
Project Manager CitraLand City Samarinda, Limjan Tambunan, mengatakan pembeli rumah seharga Rp 8 miliar per unit itu adalah para pebisnis tambang batubara, pemilik toko onderdil kendaraan, pengusaha kelontong dan pengusaha komoditas hasil bumi lainnya.
"Mereka membeli tidak menggunakan fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR), melainkan tunai keras dan tunai bertahap. Mereka juga tidak terlalu kritis bertanya tentang ini-itu, karena sudah percaya dengan brand dan komitmen. Selain itu, view yang bisa diakses dari klaster ini istimewa, yakni skyline pusat kota Samarinda," urai Limjan kepada Kompas.com, Kamis (8/5/2014).
Tak mengherankan, CitraLand City Samarinda mampu memberikan kontribusi penjualan terhadap perseroan (Ciputra Group) senilai Rp 250 miliar pada 2013 lalu. Pasalnya, setiap peluncuran klaster baru, pasar Samarinda selalu menyambutnya dengan antusias.
Reputasi
Senior Associate Director and Head of Research and Advisory Cushman and Wakefield Indonesia, Arief N Rahardjo, mempertegas tingginya daya beli pasar Samarinda. Menurutnya sudah sejak dahulu pasar kita ini gandrung dengan produk properti seharga miliaran rupiah.
"Harga rumahnya sudah setinggi harga rumah di kawasan Jadebotabek. Asal reputasi pengembang, referensi, dan komitmen di lapangan bagus, rumah-rumah mewah pasti laku. Menjual rumah seharga miliaran rupiah menjadi mudah, asalkan ketiga faktor tadi terpenuhi. Sebaliknya, jika tidak, jangan harap proyek kedua, ketiga, atau berikutnya akan sukses," tandas Arief.
Limjan sepakat dengan hal tersebut. Tak hanya CitraLand City Samarinda, performa klaster premium bertajuk The Peak 8 juga sangat menggembirakan. Jumlah rumah yang ditawarkan di klaster ini memang terbatas hanya 21 unit, harganya pun selangit termurah Rp 5 miliar dan termahal Rp 8 miliar. Namun, hingga berita ini diturunkan, seluruh unitnya terjual habis.
"Perkembangan di lapangan saat ini, delapan unit sedang dalam konstruksi, sisanya menyusul. Serah terima kunci bertahap mulai akhir tahun 2014," kata Limjan.
Tak hanya produk premium keluaran CitraLand City Samarinda yang diserap pasar Samarinda, Alaya Residence pun mengalami catatan penjualan mencengangkan. Perumahan eksklusif yang digarap PT Timur Adya Citra ini juga menjadi incaran konsumen.
Menurut Marketing Executive PT Timur Adya Citra, Benny Hidayat, klaster terbaru Damar dengan harga terendah Rp 1,1 miliar dan tertinggi Rp 2,1 miliar sudah berpindah kepemilikan ke tangan konsumen sebanyak 24 unit dri total penawaran 180 unit. Padahal baru dipasarkan bulan lalu.
"Pembelinya warga lokal. Mereka tertarik membeli tidak terpengaruh oleh iklan atau advertensi massif. Mereka justru membeli karena berdasarkan referensi atau rekomendasi rekan, kolega maupun keluarga. Inilah ciri khas pembeli asal Samarinda. Referensi dan rekomendasi lebih kuat pengaruhnya ketimbang iming-iming atau gimmick iklan. Setinggi apa pun harga rumah jika ada referensi, pasti mereka beli," ujar Benny.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar